Kamu perlu tau prinsip kerja budidaya lele
bioflok!
Budidaya lele sangat popular dikalangan
masyarakat Indonesia, berbagai inovasipun ditemukan untuk menekan biaya dalam
proses budidaya lele sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat,
salah satu sistemnya adalah bioflok lele.
Pada proses budidaya kadar protein yang dimakan oleh lele tidak semua terserap pada tubuh ikan, hanya sekitar 20-30%. Selebihnya, terakumulasi dalam air, baik dalam bentuk fases maupun urine. Ikan lele dalam proses metabolismenya menghasilkan ammonia sebagai eksresinya (kotoran) protein yang tinggi dari sisa pakan yang tidak termakan dan dekomposisi metabolit menghasilkan produk sampingan yang sama yaitu ammonia dalam bentuk Total Amonia Nitrogen (TAN)
Limbah perikanan berupa ammonia dapat
menurunkan kualitas air yang bersifat toxic (racun) dan bahkan bisa membuat
ikan stress kemudian mati. Amonia akan menjadi faktor pembatas kesuksesan
berbudidaya, dengan pengendalian amonia akan sangat diharapkan proses budidaya berhasil.
Metode yang paling umum adalah dengan penggantian air secara berkala. Namun,
metode ini membutuhkan air dalam jumlah banyak dan air bekas budidaya akan
menjadi limbah dan mencemari lingkungan.
Salah satu solusi yang ramah lingkungan
adalah dengan penerapan sistem bioflok yang mampu memanipulasi aktivitas
mikroba sebagai salah satu cara mengontrol kulaitas air dengan
mentransformasikan ammonium menjadi protein mikroba yang bisa mengurangi residu
sisa pakan.
Konsep bioflok sangat sederhana yaitu limbah
nitrogen yang berpotensi menjadi racun bagi ikan diubah menjadi protein oleh
bakteri yang bisa dimanfaatkan oleh ikan sabagai pakan tambahan. Prinsip
dasarnya dari bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang
mengandung senyawa karbon (C) hydrogen (H) dan Nitrogen (N) menjadi massa
lumpur (sludge) dengan mengunakan bakteri pembentuk flok yang biopolymer
polihidroksil alkanoat sebagai ikatan bioflok.
Comments
Post a Comment